Memahami Arti SGIE atau State of the Global Islamic Economy

Untuk memahami arti SGIE lebih jauh, kami akan mengajak Anda dalam pembahasan mendalam. Mulai dari apa pengertian istilahnya, apa pendorong yang membuat istilah ini tercetus, dan isi rangkuman SGIE kesembilan terkait praktiknya di lapangan.

Indonesia dengan masyarakat mayoritas Muslim mesti memahami hal ini karena akan menjadi salah satu pelaku di dalamnya. Pengetahuan nantinya bukan hanya berlaku pada skala dalam negeri, tetapi juga untuk skala luar negeri.

Mari Mengenal Arti Kata SGIE

Keinginan untuk memahami seputar arti SGIE agaknya lebih mencuat ketika dalam pelaksanaan debat cawapres pemilu 2024, Gibran menanyakan hal tersebut kepada Cak Imin. SGIE atau kepanjangannya sama dengan State of the Global Islamic Economy. Istilah ini digunakan untuk merujuk kepada laporan ekonomi halal dunia dalam rentang waktu tahunan.

Penyusun dan pihak yang mempublikasikannya adalah Dinar Standard dan sejauh ini sudah sampai pada laporan kesembilan. Dinar Standard sendiri merupakan sebuah perusahaan yang melakukan riset strategi serta pertumbuhan dan manajemen eksekusi. Tujuan dari Dinar Standard tentunya untuk memberikan dampak dalam lingkup global yang menguntungkan serta bertanggung jawab.

Berbagai lingkup yang masuk ke dalam fokus Dinar Standard adalah etis global atau ekonomi halal, inovasi pemerintah, dan dampaknya terhadap lingkungan sosial. Sampai sini, upaya untuk memahami arti SGIE lebih jauh agaknya sudah terjawab dengan jelas.

Sebanyak 12 negara dengan 30 entitas pemerintah, lembaga multilateral, pemimpin industri, dan lembaga investasi sejak 2008 sudah bergabung. Sebagai negara dengan mayoritas Muslim, Indonesia tentunya termasuk ke dalam ruang lingkup SGIE tersebut.

Mengetahui Pendorong Tercetusnya SGIE

Untuk negara yang diduduki oleh masyarakat Muslim, tentu peranan State of the Global Islamic Economy ini sangat berguna setidaknya untuk menemukan makanan halal. State of the Global Islamic Economy sendiri ada karena berbagai faktor pendorongnya, seperti:

  1. Pertumbuhan Populasi

    Pertumbuhan populasi menjadi penyebab hadirnya State of the Global Islamic Economy di dunia. Populasi Muslim yang semakin banyak secara global ini juga yang akhirnya membawa kita kepada keinginan untuk memahami arti SGIE lebih jauh.

  2. Konektivitas Digital

    Konektivitas digital memudahkan banyak orang untuk memeriksa negara mana saja yang menyediakan fasilitas untuk Muslim. Dengan begitu ketika bepergian ke suatu wilayah sudah tidak perlu khawatir lagi makanan yang disantap itu halal atau tidak.

  3. Konsumerisme Etis

    Konsumerisme etis berhubungan juga dengan penyebab adanya State of the Global Islamic Economy. Ketika memahami arti SGIE lebih jauh, maka secara otomatis akan dipahami bahwa etika dalam melakukan kegiatan ekonomi juga ada standar halal dan haramnya.

  4. Pertumbuhan Multinasional

    Pertumbuhan bisnis multinasional membuat skema halal serta haram ini mesti ada regulasi jelasnya. Dengan begitu tidak menyulitkan pemilik bisnis maupun konsumen dalam mencari segala bentuk barang maupun makanan yang sesuai syariat Islam.

  5. Perdagangan Halal

    Perdagangan halal belakangan menarik perhatian dunia mengingat masyarakat Muslim yang tersebar ke berbagai negara. Semakin jelas regulasi terkait perdagangan halal ini maka semakin mudah untuk pedagang maupun penjual melakukan transaksi jual beli barang.

    Berbagai faktor pendorong di atas hanyalah beberapa diantaranya saja, sementara faktor lainnya juga masih ada. Namun, setidaknya menjadi gambaran untuk memahami kenapa State of the Global Islamic Economy akhirnya menjadi isu global.

Mengenal Seputar SGIE ke-9

Sejak 2008 sampai yang terakhir tahun 2022, berbagai negara yang tergabung dalam State of the Global Islamic Economy telah merangkum laporan kesembilan. Berdasarkan laporan tersebut diketahui seluruh umat Islam di dunia menghabiskan belajar sebesar 2 triliun USD pada 2021. Jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya maka ada kenaikan sebanyak 8.9 persen. Berdasarkan laporan terakhir, aset keuangan Islam mencapai 3,6 triliun USD.

Diprediksikan pengeluaran umat Islam mencapai 2,8 triliun USD pada 2025 mendatang. Pada pelaksanaannya, State of the Global Islamic Economy kesembilan lebih fokus pada makanan, mode, farmasi, dan sebagainya. Sebanyak 25,7 miliar USD dalam investasi sektor ekonomi Islam periode 2020-2021 dipimpin oleh negara tetangga, Malaysia. Indonesia berada pada peringkat kedua dengan keunggulan di bidang makanan halal.

Menjadi negara yang unggul dalam bidang ini, tentu menjadi alasan lain untuk masyarakat memahami arti SGIE lebih dalam.  Fakta menarik lainnya bahwa Indonesia juga berhasil menempati posisi ketiga sebagai fesyen muslim. Sementara untuk bidang farmasi dan kosmetik halal, negara kita berhasil menduduki peringkat kesembilan. Jadi, jika diakumulasi maka Indonesia ada di peringkat 4.

Mengetahui peringkat negara di mata global terkait penyediaan ekonomi halal tentu menaikkan gengsi negaranya. Selain itu, membuktikan kepada dunia bahwa negara tersebut ramah dan nyaman untuk diduduki atau didatangi orang Islam dari seluruh negara. Sampai sini, tentu sudah semakin jelas pemahaman terkait State of the Global Islamic Economy ini. Setelah memahami arti SGIE lebih jauh, sekarang para pebisnis jadi tahu pada pasar mana yang paling mudah bersaing dalam sektor ekonomi halal.

Related Posts