
Terungkap Sudah Fakta Meninggalnya Sandri Di Kediri
Ada beberapa fakta terkait tewasnya santri di ponpes Kediri yang diduga karena dianiaya seniornya. Bintang Balqis Maulana (14) yang merupakan seorang santri Pondok Pesantren PPTQ Al Hanifiyyah di Kediri.
Meninggal dunia diduga karena dianiaya oleh para seniornya, awalnya pihak ponpes mengabarkan kepada pihak keluarga. Bahwa Bintang meninggal dunia disebabkan karena terjatuh di kamar mandi.
Fakta Tewasnya Santri di Ponpes Kediri
Baru-baru ini beredar kabar seorang santri bernama Bintang Balqis Maulana tewas diduga karena dianiaya oleh seniornya. Berikut ini beberapa fakta mengenai tewasnya Bintang, di antaranya sebagai berikut :
-
Mata bengkak, muka hancur dan sundutan rokok
Fakta pertama terkait tewasnya santri di ponpes Kediri, kondisinya mata bengkak, muka hancur dan ada bekas sundutan rokok. Bintang Balqis Maulana 14 tahun merupakan warga Desa Karangharjo, Banyuwangi. Bintang pergi merantau ke Kediri untuk bersekolah, di MTs Sunan Kalijogo, Ponpes Al Islahiyyah. Sementara Bintang tinggal di asrama PPTQ Al Hanifiyyah, 2 pesantren ini jaraknya berdekatan.
Bintang diduga meninggal akibat penganiayaan yang dilakukan seniornya di PPTQ Al Hanifiyyah. Pada hari Sabtu, jenazah Bintang diantarkan pihak PPTQ Al Hanifiyyah, sementara keempat terduga pelaku tiba di rumah keluarganya. Mia Nur Khasanah (22 tahun) selaku kakak Bintang mengatakan ketika mengantarkan jenazah Bintang. Pihak pesantren PPTQ Al Hanifiyyah mengatakan bahwa adiknya itu terjatuh di kamar mandi.
Tetapi ketika jenazah Bintang diangkat, ada ceceran darah yang keluar dari keranda korban. Keluarga akhirnya minta agar kain kafan Bintang dibuka guna melihat jenazah korban. Kakaknya mengatakan terdapat luka lebam di sekujur tubuh Bintang ditambah luka seperti jeratan leher.
Hidungnya terlihat patah, Mia tidak kuasa menahan tangis, Mia yakin itu pasti bukan jatuh, namun dianiaya. Senada dengan kakaknya, ibu korban juga mengaku syok melihat kondisi Bintang. Suyanti ingin mencium anaknya, namun ternyata mukanya hancur, matanya bengkak, lehernya berlubang, sekujur tubuh dan pahanya banyak sundutan rokok.
-
Beberapa terduga pelaku usianya baru di bawah 18 tahun
Fakta berikutnya terkait tewasnya santri di ponpes Kediri, keluarga akhirnya melaporkan kematian anaknya itu ke Polsek Glenmore. Kemudian Polres Kediri Kota menetapkan 4 orang tersangka. Mereka adalah MA dan MN berusia 18 tahun, AK berusia 17 tahun serta AF (16 tahun) yang merupakan sepupu korban. Mereka semua adalah senior korban di ponpes yang sama.
AKBP Bramastyo Priaji mengatakan, Minggu malam pihak kepolisian sudah mengamankan 4 orang. Mereka ditetapkan berempat sebagai tersangka. Serta pihak kepolisian akan melakukan penahanan untuk proses penyidikan lebih lanjut. Dalam istilah hukum, para pelaku disebut ABH atau anak yang berkonflik dengan hokum.
Yakni anak yang sudah berumur 12 tahun namun belum berusia 18 tahun, diduga melakukan tindak pidana. Beberapa hari sebelum tewasnya santri di ponpes menghembuskan nafas terakhir, dia mengirimkan pesan kepada ibunya. Bintang meminta Suyanti untuk dijemput pulang melalui WhatsApp. “Sini jemput Bintang, cepet sini.”
”Aku takut ma, maa tolongg, sini cepet jemput,” ujar Bintang berkali-kali kepada sang ibu. Suyanti coba untuk menenangkan Bintang untuk bertahan, mulai dari berjanji akan menjemputnya setelah Ramadan. Bahkan hingga memberikannya sepeda motor bila lulus sekolah. Tetapi Bintang tetap meminta ibunya untuk datang menjemputnya pulang, pihak keluarga tidak menduga itu merupakan pesan terakhirnya.
-
Salah satu terduga pelaku adalah keponakan ibu korban
Suyatni mengatakan bahwa salah satu terduga pelaku tewasnya santri di ponpes Kediri, merupakan keponakannya sendiri berinisial AF. “Iya, AF itu adalah sepupunya Bintang. Saya juga meminta tolong agar Bintang dijaga.” “uang saku Bintang juga diberikan kepada AF, yang tidak habis pikir. Apa salah Bintang, kok tega dianiaya seperti itu,” ucap Suyatni.
Fatihunada selaku pengasuh PPTQ Al Hanifiyyah mengaku mulanya mendengar korban tewas karena terpeleset di kamar mandi. Dia mengatakan bukan karena dianiaya. “Saya dapat kabar ketika bangun tidur, bahwa Bintang tewas.” “Lalu saya tanya ke saudaranya FT, bahwa katanya korban terpeleset di kamar mandi,” ucap Fatih, Senin (26/02).
Rini Puspita Sari selaku penasehat hukum keempat pelaku mengakui bahwa kliennya. Memang telah melakukan pemukulan kepada Bintang, yakni ke bagian punggung, wajah, dan dada. Berdasarkan pengakuan dari terduga pelaku, pemukulan tersebut dilakukan karena korban tidak mau melakukan beberapa aturan.
Antara lain tidak mau mengikuti salat berjemaah dan juga piket. “Pelaku mengingatkan kepada korban tidak boleh begitu, namun jawaban korban tidak sinkron, akhirnya para pelaku emosi dan memukul.” ucap Rini.
-
Al Hanifiyyah tidak memiliki izin
Fakta terakhir dari kasus tewasnya santri di ponpes Kediri, ternyata PPTQ Al Hanifiyyah tidak memiliki izin. Mohammad As’adul Anam menyebutkan bahwa ponpes tersebut tidak memiliki izin operasional. Dirinya juga mengatakan, disebabkan karena ponpes tersebut tidak memiliki izin.
Maka pihaknya juga tidak dapat melakukan tindakan secara administrasi, berdasarkan dari penelusuran Kanwil Kemenag Jatim. Ponpes telah melakukan kegiatan proses belajarnya sejak tahun 2014. Kini, jumlah santri di ponpes tersebut ada 93 orang, yakni 74 orang santri putri dan juga 19 orang santri putra.
Kasus penganiayaan yang berujung tewasnya seorang santri di bawah umur, tidak terlepas dari lemahnya sistem pengawasan. Terhadap ponpes yang tidak berizin, kata pengamat, akibatnya kasus-kasus kekerasan di pesantren.
Terutama yang tidak berizin, sangat berpotensi akan terus terjadi di masa mendatang, sehingga Kementerian Agama. Harus segera melakukan perbaikan agar tidak ada lagi kasus penganiayaan atau tewasnya santri di ponpes.