
Penyebab Konflik Amerika dan Arab Saudi yang Perlu Kamu Tahu
Konflik Amerika dan Arab Saudi menjadi salah satu perbincangan hangat sekaligus menjadi sorotan berbagai portal berita online di banyak negara, tidak terkecuali Indonesia. Hubungan kedua negara maju yang mendadak memanas ini memang cukup menggemparkan dan membuat khawatir dunia.
Konflik antar dua negara ini dimulai setelah OPEC+ mengeluarkan keputusan untuk mengurangi produksi minyak. OPEC+ sendiri adalah Organisasi Negara Pengekspor Minyak yang dipimpin oleh Rusia dan Arab Saudi. Lantas, apa hubungannya dengan Amerika Serikat? Inilah penyebabnya!
Hal yang Melatarbelakangi Terjadinya Konflik Antara Negara Amerika dan Arab Saudi
Dikutip dari berbagai sumber, perang terbaru antara Arab dan Amerika dilatarbelakangi oleh munculnya sebuah undang-undang terkait perminyakan yang dibuat oleh Amerika. Undang-undang tersebut rupanya berisi tentang penetapan Harga Batas Atas pada minyak-minyak yang ada di menjadi anggota OPEC+.
Negara yang dimaksud merujuk pada Arab Saudi selaku penghasil minyak yang sekaligus tergabung dalam OPEC, ditambah dengan negara yang bukan anggota OPEC tapi memiliki produksi minyak dalam jumlah besar, yaitu Rusia. Berikut penyebab lebih detail terkait konflik Amerika vs Arab Saudi:
- Diketahui bahwa Amerika berencana untuk membuat dan memberlakukan Undang-undang No Oil Producing and Exporting Cartels atau disingkat NOPEC.
- Setelah ditelusuri lebih jauh, rupanya RUU perminyakan tadi dibuat karena presiden Amerika Serikat, yaitu Joe Biden melakukan permintaan peningkatan produksi minyak kepada Arab Saudi tapi ditolak mentah-mentah oleh sang Putra Mahkota Saudi, yaitu Mohammed bin Salman.
- Meskipun pemimpin Arab Saudi adalah Raja Salman bin Abdulaziz, tapi Mohammed bin Salman memiliki kuasa dan hak untuk mengambil keputusan karena ia menjabat sebagai Perdana Menteri Arab.
- Penolakan tersebut terjadi pada tahun 2022 silam dan menurut informasi yang didapat dari Gedung Putih, Joe Biden kecewa dan bahkan menyebut bahwa keputusan tersebut ‘picik’. Penolakan inilah yang menjadi latar belakang dari keputusan Amerika untuk memangkas kuota dari produksi minyak.
- Sebelum RUU tadi dibuat, sebenarnya OPEC+ telah sepakat di Oktober 2022 untuk memangkas produksi minyak hingga 2 juta barel/hari dan akan diberlakukan mulai bulan November 2022.
- Keputusan tersebut dibuat untuk memacu pemulihan harga minyak mentah yang sempat turun menjadi US$ 80 per barel dari harga sebelumnya US$ 120 per barel di awal bulan Juni pada tahun lalu.
- Sebenarnya, kekecewaan Amerika terkait permintaan yang ditolak tadi bukanlah yang pertama. Sebab sebelumnya, Negeri Paman Sam ini sudah beberapa kali mengajukan permintaan untuk menambah produksi minyak guna mengatasi krisis energi serta memotong harga di hilir.
Ditambah, kala itu Joe Biden juga memiliki kepentingan untuk menjaga harga bahan bakar. Selain itu, Amerika sendiri memang sedang bergejolak di Oktober 2022 karena sedang berlangsung pemilihan paruh waktu di Amerika.
Mengenal RUU NOPEC Beserta Tujuannya
Tentang RUU NOPEC
Secara garis besar, RUU NOPEC dibuat dengan tujuan untuk melindungi bisnis Amerika dan konsumen dari melonjaknya harga minyak di pasaran.
Nantinya, RUU ini dapat mengekspos negara-negara OPEC serta mitra-mitranya ke tuntutan hukum karena telah mengurangi pasokan minyak dan menaikkan harga minyak mentah dalam skala internasional.
Selanjutnya, RUU ini perlu disahkan oleh DPR dan senat secara penuh agar dapat berlaku, sebelum akhirnya nantinya ditandatangani oleh presiden dan menjadi undang-undang yang sah. Mengapa ada senat dan DPR? Sebab, Amerika adalah negara yang menganut sistem dua kamar.
Pendapat Analis
Konflik Amerika dan Arab Saudi mendapat sorotan dunia terutama pihak-pihak yang berkepentingan. Menurut analis, keputusan Amerika terkait RUU tadi dianggap bersifat politis. Konon, salah satu tujuannya adalah untuk mengurangi kedekatan antara Rusia dan Arab Saudi.
Jika Arab Saudi melakukan koordinasi dengan Rusia terkait harga minyak, maka hal ini dipandang sebagai suatu dukungan terbuka dari Arab kepada Rusia yang sedang dibombardir oleh Barat.
NOPEC Ditolak
Terkait dengan adanya NOPEC tadi, Pangeran Abdulaziz bin Salman selaku Menteri Energi Arab Saudi mengatakan bahwa NOPEC hanya akan membuat anggota OPEC+ mengalami kesulitan dalam berinvestasi guna kepentingan produksi minyak global.
Dampak dari NOPEC bukan hanya dirasakan oleh Amerika dan Arab Saudi, tapi juga pada sektor minyak di seluruh dunia, mulai dari produsen dan seluruh konsumen mancanegara.
Padahal, Arab Saudi sendiri sebenarnya sudah secara khusus memulai upaya untuk memperluas kapasitas minyak di tahun 2027 mendatang menjadi 13,3 juta barel per hari. Pangeran Abdulaziz bin Salman menambahkan bahwa rencana tahap pertama akan dimulai pada tahun 2025.
Alasan Penolakan
Pangeran Abdulaziz bin Salman membuka alasan dari penolakan Arab terhadap permintaan Amerika tadi, yaitu stok minyak yang semakin menipis. Kapasitas dari cadangan dan juga stok darurat minyak global sebenarnya sudah ada di titik paling rendah dalam sejarah.
Berdasarkan pertimbangan ini, Arab Saudi mengambil keputusan untuk menolak RUU AS. Sebab jika diikuti, maka kelangkaan minyak dunia akan terjadi.
Kesimpulannya, konflik Amerika dan Arab Saudi disebabkan oleh penolakan Arab terkait permintaan Amerika untuk menambah produksi minyak. Penolakan ini sendiri disebabkan oleh cadangan minyak yang sudah semakin menipis.